Sembilan cara untuk membangun hubungan yang positif bagi seorang pemimpin:
1. Pandang matanya bila berbicara
2. Usahakan untuk mengingat dan menggunakan nama
3. Mendengar dengan seksama dan memahaminya
4. Jangan mendominasi pembicaraan ketika berbicara
5. Bertanyalah dengan jujur atas gagasan / kegiatan orang lain
6. Puji hasil kerja orang
7. Tegurlah bawahan anda dengan assertif dan respek jika ia membuat kesalahan, berikan saran konstruktif
8. Tertawalah atas humor orang dan berusaha membuat humor
9. Tersenyum ketika bertemu dan menyapa orang
Sembilan cara diatas bisa dijadikan acuan bagi seorang pemimpin jika menginginkan perubahan dalam kepemimpinannya. Tidak hanya monoton dan mengekor pada gaya kepemimpinan orang lain. Bercermin pada orang lain boleh, namun menjadi seorang plagiat itu bukanlah ciri seorang pemimpin.(Ning, 20/01/2010)
Secara administratif kabupaten Jombang terdiri dari 21 kecamatan dan 306 desa/kelurahan. Selain itu Jombang menjadi jalur perlintasan antar kota di daerah Jawa Timur karena memang posisinya berada ditengah Provinsi Jawa Timur. Yakni, di sebelah utara berbatasan dengan kabupaten Lamongan, di sebelah timur berbatasan dengan kabupaten Mojokerto, di bagian selatan berbatasan dengan kabupaten Kediri dan di sebelah Barat berbatasan dengan kabupaten Nganjuk. (lihat Peta Jawa Timur).
Sebagai daerah yang wilayahnya merupakan jalur pemberhentian perlintasan daerah, Jombang merupakan kabupaten dengan akses yang lebih mudah dan cepat. Cukup berjalan dengan memakai alat transportasi darat, 1-2 jam sudah bisa sampai di Surabaya, begitupun ke Malang dengan sebutan kota Pendidikan karena banyak kampus atau sekolah yang ada disana, perjalanan darat bisa ditempuh hanya dengan waktu 2-3 Jam. Oleh karena itu akses menuju kota besar itu relatif mudah dan cepat.
Jombang adalah kota santri. Kota ini dijuluki sebagai kota santri bisa dilihat dengan adanya 4 PP (Pondok Pesantren) besar yang posisinya mengelilingi jantung kota Jombang. Di sebelah utara terdapat PP. Tambak Beras Jombang, sebelah timur ada PP. Darul Ulum Peterongan Jombang, disebelah selatan berdiri PP. Tebuireng Jombang dan terakhir di sisi barat kota bisa dijumpai PP. Denanyar Jombang. Oleh karena mudahnya akses untuk bisa sampai ke kota besar (Malang dan Surabaya) masih dibentengi oleh keberadaan pondok pesantren, sehingga menyebabkan kota ini masih mempunyai ciri khas dimana kultur pesantren masih mendominasi keseharian kehidupan masyarakat Jombang yang agamis dan dinamis.
Kata Jombang berasal dari dua suku kata yakni (Ijo=Hijau) dan (Abang=Merah), warna hijau mewakili kaum agamis dan warna merah mewakili kaum abangan dimana masyarakat Jombang adalah perpaduan antara budaya masyarakat jawa agamis dan masyarakat umum dengan toleransi tinggi sehingga mereka dapat hidup berdampingan secara damai tanpa mengganggu antara yang satu dengan yang lain.
Bila dilihat dari sejarah asal pemerintah kabupaten, sebelumnya, Jombang masih satu kabupaten dengan Kabupaten Mojokerto. Hal ini dapat di amati dari sejarah keberadaan peninggalan bangunan berupa candi yang dianggap sebagai pintu gerbang kerajaan Majapahit di Mojokerto. Sehingga kota Jombang lahir bukan pada tahun 1910 meskipun pejabat pemerintahan pertama yakni Raden Adipati Ario Soerjo Adiningrat mulai memimpin pada tahun ini. Namun jika dilihat dari keberadaan tempat ibadah, di Jombang sudah berdiri Gereja Kristen Mojowarno tahun 1893, dan tempat Peribadatan Agama Kong Hu Chu di kecamatan Gudo sejak tahun 1700.
Banyak tokoh terkenal yang lahir dari kota Jombang, mulai dari Budayawan (MH. Ainun Nadjib), Cendekiawan (Nur Kholis Madjid), Ulama (Hasyim Asy’ari, Wahid Hasyim, Abdurrahman Wahid), Pelawak (Asmuni), Penjagal (Muh. Idham Ardhiansyah/ Riyan) dan satu lagi si bocah halilintar dengan batu Ajaibnya (Ponari), serta tokoh-tokoh lainnya yang menjadikan betapa berwarnanya masyarakat Jombang. (Ning, 12/01/2010)
Tak ada manusia yag terlahir sempurna. Kesempurnaan hanyalah milik Allah azza wa jalla, pemilik jagad alam semesta raya. Hanya orang-orang yang beriman sajalah yang akan percaya terhadap keberadaan-Nya.
Manusia datang dan pergi silih berganti. Antrian panjang menunggu waktu yang ditentukan adalah kegiatan yang dilakukan manusia sehari-hari. Tak bedanya dengan kesetiaan menunggu antrian dalam melihat pertunjukan atau juga antrian dalam loket pemberangkatan. Keberangkatan menuju sesuatu yang masih menjadi misteri keberadaannya. Percaya adalah kunci diatas semuanya, ketika kepercayaan itu ada, maka rasa keingintahuan akan adanya dzat yang di yakini keberadaanya menjadikan manusia berekspresi sebaik mungkin di dunia agar bisa kembali dengan derajad ketaqwaan yang setinggi-tingginya.
Oleh karena itu ketika sadar bahwa Dia adalah pelabuhan terakhir yang harus di singgahi menjadikan manusia berfikir akan kenikmatan yang diperoleh dalam yang terakhir meskipun yang awal harus dilalui penuh liku. Lain halnya ketika kesadaran itu tidak merasuki diri manusia menjadikan dia diperbudak oleh segala yang bersifat materi. Dalam benaknya materi itulah yang akan menolongnya baik sekarang ataupun nanti.
Tuhan Maha pengampun, seburuk apapun manusia dia siap mengampuninya. Namun kepastian akan ampunan yang dimiliki adalah rahasia. Hukuman yang diberikan saat terjadinya bencana merupakan ulah tangan manusia yang tidak pernah bersyukur akan nikmat yang diberikan. Keserakahan yang menyelimuti diri manusia terhadap materi membuat manusia lupa akan segalanya. Ujung-ujungnya adalah bencana. Siapa yang tidak murka ketika keseimbangan yang tercipta tidak dipelihara?. Meskipun pintu maghfiroh selalu terbuka, sehingga yang terselamatkan adalah mereka yang memperoleh maghfiroh dari Allah SWT. Sayang seribu sayang jika manusia menutup diri akan terbukanya pintu magfiroh. Huwa awwaluhu wa akhiruhu. Dialah yang pertama dan terakhir. Ya robbi, ketika Engkau adalah pelabuhan terakhir, maka akhirkan hambamu yang bertaqwa dengan yang khusnul khotimah. Amien (Ning, 11/09/2009)